Sabtu, 23 April 2011

PENGERTIAN ISLAM DALAM AL QUR'AN

Hj. Ithriyah Baihaqi
I.  PEMBAHASAN
     Banyak orang Islam sering salah paham terhadap konsepsi Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap sebagai Islami, ternyata tidak mencerminkan nilai-nilai Islami sama sekali. Sebaliknya, kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan dianggap bukan Islami.  Justeri mencerminkan nilai-nilai Islami. Mengapa ini bisa terjadi di tubuh kaum orang Islam sendiri ? Apakah karena mereka belum paham tentang konsepsi Islam secara utuh ? Ataukah karena mereka enggan mempelajarinya secara mendalam ? Ternyata kejadian ini tidak hanya menimpa kepada orang awam saja, tetapi juga para intelektualnya yang mengaku sebagai muslim terpelajar.          
      Inilah latar belakang penulis membahas topik ini, di samping juga petunjuk dari dosen penulis untuk menganalisa topik ini, agar konsepsi al Islam dapat di pahami sesuai dengan konsep-konsep kitab suci al-Qur’an, bukan dari pendapat-pendapat orang yang belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dan Allah SWT telah menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Qur’an masalah  ini, sebagaimana dalam Surat al Imran, ayat 19 dan 85 yang berbunyi :
وَمَنْ يَتَّبِعَ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى اْلأَخِرَةِ مِنَ اْلخَاسِرِينْ (ال عمران 85)
         Kata “al Islam” itu berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu, islaaman, berarti damai, selamat. Kata al-islam terdapat pula dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 3 yang berbunyi :
   اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُم ْوَأَتمَْمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنَا.
   ( أل عمران 19 )
Artinya : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agamamu”.
       Dengan demikian jelaslah, bahwa  al-Islam merupakan suatu agama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk manusia, sebagai petunjuk, sebagaimana juga diterangkan dalam QS al Qoshosh, ayat 50 dan dalam surat al-Baqoroh, ayat 147,  bahwa al-haqqu (kebenaran) itu dari Allah SWT, maka pastilah al-islam itulah yang dimaksud dengan al-haqqu. Demikian pula kata al Islam dalam ayat 85 di atas mempunyai arti Addinyang di ridloi Allah SWT dalam arti yang utuh (kaffah).
II.  AL ISLAM DATANG MELALUI WAHYU ALLAH SWT.
 Lalu bagaimana al-islam bisa sampai kepada manusia? Ya tentu hanya melalui wahyu beserta penjelasannya yang diberikan/diturunkan kepada para Nabi dan Utusan-Nya dari Adam as hingga Muhammad SAW (sebagai nabi dan utusan Allah SWT yang terakhir). Al-islam dalam bentuknya yang final (kaffah) tentu diturunkan kepada Nabi dan Utusan-Nya yang terakhir, Yaitu Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 3 tersebut di atas diturunkan pada hari jum’at di padang Arofah setelah waktu Ashr pada waktu Nabi Muhammad saw melakukan haji wada’. Lalu kalimat ” akmaltu lakum dinakum “, artinya, ” telah Aku sempurnakan untuk kamu ad-din kamu “. Kata kamu dalam ayat tersebut  dimaksud adalah Muhammad saw dan para sahabatnya karena ayat ini turun kepada Muhammad dan berkaitan dengan mereka, jadi ” ad-din  ” adalah bentuk keyakinan (al-’aqidatu) dan perbuatan (al-’amalu) yang ada pada Muhammad saw secara individu dan para sahabat secara komunitas yang merupakan penerapan, tafsir, penjelasan dari pada Al-Qur’an atas petunjuk langsung dari Allah SWT yang mana dari-Nya al-islam itu berasal dari al Qur’an Surat Al Imron, ayat 19. Hal ini karena Muhammad saw hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan Allah kepadanya, yakni Al-Qur’an, sebagaimana dalam al Qur’an Surat Al an’am, ayat 106, Yunus, ayat 15, Surat al Ahqof ayat 9) dan Allah SWT memberi petunjuk kepada Muhammad SAW, sebagaimana mengamalkan/menerapkan, menafsirkan, menjelaskan Al-Qur’an tersebut, maka terbentuklah suatu bentuk keyakinan (al-’aqidatu) dan perbuatan (al-’amalu) atau jalan hidup atau ad-din yang ada pada Muhammad saw sehingga Aisyah ra, isteri Nabi Muhammad SAW mensifati beliau dengan perkataan “kana khuluquhu al qur’an” yang artinya ” Akhlak dia (Muhammad SAW) adalah al-Qur’an”. Dan para sahabat adalah sekelompok orang yang paling baik mengikuti Muhammad SAW, sebagaimana dalam al Qur’an, Surat al Imran, ayat 31, Surat Aal A’rof, ayat 3. Para sahabat mengatakan “sami’na wa atho’na“, yang artinya ” Kami mendengar dan kami taati”. Oleh karena itu, kemudian Allah SWT berfirman: ” telah Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu “. Lalu kalimat “ wa rodhitu lakumul-islama dina “, yang artinya, ” dan Aku telah ridho al-islam sebagai agamamu”. Dalam kalimat ini Allah menyebut dinu Muhammadin SAW dan para sahabat (jalan hidup Muhammad saw dan para sahabat) itu dengan sebutan al-islam. Dan oleh karena dalam ayat ini digunakan kata “ad-din“, kata dalam bentuk tunggal dan jamaknya adalah “al-adyan“, maka ini berarti dinu Muhammadin SAW dan para sahabat itu satu dan sama. Oleh karena Muhammad SAW adalah pihak yang menerima wahyu ( al-Qur’an ) beserta penjelasannya, sebagaimana dalam al Qur’an, Surat  al Qiyamah, ayat 16 -19) dan Beliau saw mengamalkan dengan sempurna wahyu yang diterimanya, (QS al Ahzab ayat 2) dan para sahabat adalah orang yang paling bersemangat dalam mengikuti Beliau SAW, ( QS Ali ‘Imran ayat 31). Mereka adalah rujukan utama dalam memahami al-islam bagi orang-orang yang hidup setelah mereka, (QS Attaubah ayat 100), maka al-Islam itu tiada lain pastilah dinu Muhammadin SAW atau Millatu Muhammad SAW atau Sunnatu Muhammadin SAW  atau jalan hidup Muhammad SAW, tapi bukan Beliaulah yg membikin agama Islam.
  Jadi al-Islam itu adalah  Assunnah,  dan Assunnah adalah al-Islam. Maka suatu keyakinan dan perbuatan yang tidak ada di dalam Assunnah tidak bisa disebut sebagai al Islam. Dan yang lebih memperjelas akan hal ini adalah sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: ” Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada pada kami ( yakni Muhammad SAW dan para sahabatnya ), maka ( amalan itu ) tertolak ” (HR Muslim dari “Aisyah ra ). Mengapa tertolak, karena bukan al-Islam yang haq, yang di ridhoi Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya adalah sekelompok orang yang paling paham tentang al Islam dan karenanya mereka dipuji oleh Allah SWT dengan sebutan ” khoiru ummah ” (umat yang terbaik), sebagaimana dalam al Qur’an Surat al Imran,ayat 110. Sebutan itu diberikan bukan karena mereka meyakini dan mengamalkan al Islam dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah-Nya.
         Kita yang hidup di zaman sekarang mengenal al Islam hanya dari al-Qur’an dan As-Sunnah yang tercatat di dalam Hadits-Hadits yang Shohih. Sehingga dengan mudah kita dapat mengetahui apakah keyakinan atau perbuatan itu termasuk al Islam atau bukan kalau kita tahu banyak tentang al-Qur’an dan Hadits-Hadits yang shohih. Kalau ada dasarnya di dalam al-Qur’an dan Assunnah yang ditunjukkan dengan Hadits yang shohih sudah pasti itulah al Islam. Kalau tidak ada dasarnya bagaimana bisa dinamakan al Islam ?.
V.  KESIMPULAN
      Dari pembahasan di atas dapatlah penulis simpulkan, bahwa makna al Islam  dalam al Qur’an Surat al Imron, ayat 19 dan Addin, ayat 85 itu adalah al Islam dan Addin yang di ridloi oleh Allah SWT sebagai agama yang di dalamnya mengajarkan I’tiqodiyah, ‘ubudiyah dan mu’amalah sesuai yang di atur dalam al Qur’an dan al Hadits.  Jadi bukan Islam yang hanya sekedar mengajarkan kebaikan, kedamaian dan kesejahteraan, tapi juga mengamalkan perintah-perintah Allah SWT yang ada dalam al Qur’an dan al Hadits, seperti Rukun-rukun Islam dan lain sebagainya. Lebih spesifik, Islam yang di ridhoi Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah Islam yang mengajarkan shalat lima waktu, puasa, zakat dan lain sebagainya.
V.  PENUTUP
        Demikian yang dapat penulis kaji dari al Qur’an, Surat al Imran ayat 17 dan ayat 85, semoga bermanfaat dan memenuhi harapan Bapak dosen pengampu materi Tafsir dan meme nuhi nilai uts.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan kirim komentar dan reaksi anda, akan menjadi masukan berharga buat saya !