Sabtu, 23 April 2011

MENDIDIK REMAJA AWAL ( USIA : 12 - 15 TAHUN )

بسم الله الرحمن الرحيم

Pendahuluan
            Perjalanan hidup seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, seringkali kita lihat adanya perubahan-perubahan yang hampir bersamaan antara seseorang dengan orang lain, terutama dalam perubahan tubuhnya, sehingga seakan-akan ada batas-batas yang sama pula selama dalam perjalanan tersebut. Hal ini menarik perhatian para ahli psikologi untuk mengadakan peneyelidikan.

A.  Pengertian Masa Remaja Awal
      Masa remaja awal disebut juga dengan periode PUERAL (PRA PUBERTAS ATAU PUBERTAS AWAL). Pada periode ini berbagai macam potensi dan kemampuan anak masih bersifat “tersimpan”, belum mekar atau belum terpakai
      Masa Pueral atau pra pubertas ini ditandai dengan berkembangnya tenaga fisik yang melimpah-limpah. Kondisi ini menyebabkan tingkah laku anak nampaknya kasar, canggung, brandal, kurang sopan, liar dan lain sebagainya.
      Pada masa ini pula pertumbuhan jasmani berkembang sangat pesat. Anak jadi cepat besar, bobot badannya cepat naik dengan pesat dan tubuhnya bertambah panjang dengan cepat pula. Makanya, banyak sekali, terutama anak laki-laki dan aktifitasnya mekin meningkat. Bersamaan dengan pertumbuhan jasmani yang cepat inilah, berlangsung pula proses perkembangan intelektuanya yang intensif, sehingga minat anak untuk mengetahui  dunia luar sangat besar. Perkembangan intelektual ini, akan membangun berbagai macam fungsi psikis dan rasa ingin tahu rokhaniyah (Psychological Curiousity), sehingga tumbuh motivasi yang kuat untuk mencari ilmu pengetahuan dan pengalaman baru. Minat anak puer sering mengarah kepada hal-hal yang kongkrit dan menguasai teori-teori yang abstrak.

B.  Ciri-Cira Khas Remaja Awal (PUER)
      Remaja awal (Puer) selain mengalami perkembangan jasmani dan psikisnya, mempunyai ciri-ciri kahs sebagai berikut :
  1. Anak puer menganggap dirinya “ Anak besar ”  dan tidak mau disebut “ kanak-kanak dan kecil ”, walaupun ia belum bisa meninggalkan sifat dan krakter kekanak-kanakannya. Sikapnya realistis dan sadar “nuchter”. Ia belum memperdalam isi kejiwaan sendiri, tetapi lebih aktif menengok ke dunia luar.
  2. Rasa diri yang makin menguat adalah ciri khas yang paling menonjol pada usia ini. Tidak ada periode kehidupan manusia yang secara psikis begitu positip dan kuat dari pada periode ini. Energi yang keluar melimpah dan memanifestasikan diri dalam bentuk keberanian, keriangan, kericuhan, perkelahian dan mengolok-olok atau saling mengganggu antar sesamanya. Juga mempunyai sifat ketus, cerewet bahkan keinginan yang menggebu-gebu untuk menarik perhatian orang lain (dipuji orang lain).
  3. Anak Puer juga mempunyai khas suka bermulut besar, ”ngibul”, menyombongkan diri, beraksi dan sesumbar, pamer atas kekuatan dirinya. Kalau gadis, ia ingin menonjolkan kecantikan dirinya, cerewet, eksklusif, ketus dan lain-lain yang pada akhirnya sering muncul rasa EGO-nya.
C.  Mendidik Remaja Awal (PUER) Dengan Pendidikan Agama (Islam) di Rumah
      Pendidikan, seharusnya dimulai dari rumah sejak anak usia dini. Sebagai orang tua, (ayah dan ibu) mempunyai tanggung jawab besar kepada Allah SWTatas amanah yang diberikan-Nya kepada mereka berdua. Anak adalah suatu kepercayaan yang diberikan oleh Allah SWT untuk dipelihara, dijaga dan diperhatikan dalam segala aspeknya semaksimal mungkin. Orang tua juga berkewajiaban mendidik anak-anaknya dengan pengetahuan agama dan umum sebagai bekal kehidupan di dunia dan  akhirat dan agar menjadi hamba Allah SWT yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara.
      Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak telah di terangkan dalam firman Allah SWT:
يـآأيها الذين أمنوا قوآ أنفسكم وأهليكم ناراً .
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
      Faktor yang amat penting dalam pendidikan untuk mencapai perkembangan kepribadian anak yang matang adalah upaya untuk memulai sejak dini penanaman jiwa agama (akhlak mulia). Keberhasilan Hal ini, tentunya sangat tergantung kepada upaya yang serius dari orang tua, khususnya ibu sebagai ibu pendidik yang paling utama dalam keluarga, sebagaimana kata Ahmad Syauqi Bick: الأمُّ مدرسةُ أُولى  (Ibu sebagai sekolah pertama). Oleh karena itu, penciptaan krakterisktik baik anak dapat dilakukan mulai dari rumah. Sekolah adalah sarana dan pelengkap untuk mengembangkan pembentukan krakteristik yang dilakukan oleh kedua orang tuanya sejak usia dini.
      Pendidikan agama meliputi integrasi pengalaman materi, penghayatan dan juga pengalaman. Misalnya dalam pengamalan pembinaan akhlak mulia (contoh, menghargai orang tua, keluarga, tetangga, teman dan berpakaian yang sopan), mensosialisasikan dan membiasakan segala ucapan dan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits. Membiasakan membaca dan menghafal do’a-do’a sehari-hari (contoh, do’a ketika akan dan sesudah makan, tidur, membiasakan melakukan suatu perbuatan dengan dimulai dengan tangan / kaki kanan dan lain sebagainya).
      Yang paling mendasar dan sangat prioritas dalam upaya mendidik anak puer terkait dengan pendidikan agama adalah mengontrol dan mengawasi semua aktivitas yang dilakukan, khususnya saat kontroling terhadap penggunaan media yang akhir-akhir ini sangat marak yang tidak menutup kemungkinan akan menjerumuskan kehidupan anak ke dalam hal yang tidak diinginkan. Betapa besarnya dampak media, baik massa atau elekronika atau yang dikenal dengan sebutan IT (Informasi Telekomunikasi), seperti media telepon seluler, televisi, internet dan lain sebagainya yang sering menyajikan sistus-situs porno dan website-website yang sering memberikan orientasi yang bersifat bisnis ketimbang agama. Hal ini sangat buruk bagi masa depan anak. Perhatian dan kontrol orang tua adalah satu-satunya antisipatip yang ampuh dalam hal menangkal pengaruh-pengaruh negatif ini. Di samping media yang bersifar online, tak kalah pentingnya media ofline sering juga mempengaruhi kehidupan anak atau remaja. Misalnya pergaulan kekinian yang telah banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang sangat bertentangan dengan agama dan akhlakul karimah.
      Guru di sekolah adalah salah satu pelengkap untuk membentuk jiwa anak berkpribadian yang unggul yang dialandasi norma-norma agama. Guru tak ubahnya seorang bengkel yang sekedar memasangkan baut, bukan memproduksi. Sedangkan orang tua adalah produser yang bukan hanya sekedar membesarkan dan menyempurnakan kebutuhan lahiriyahnya saja, tapi kebutuhan batiniyah (rohaniyah) yang paling diprioritaskan. Bila rohaniyahnya telah di didik dengan asas-asas agama dan akhlak oleh kedua orang tuanya dan keluarganya, maka akan lebih mudah bagi guru dalam menambah pengetahuan agama anak di dalam kelas, dan keberhasilan Insya Allah akan segera tercapai dengan sempurna. 

D.  Tantangan dan Solusinya Dalam Mendidik Anak di Rumah
      Problematika dalam upaya mengembangkan pendidikan dan menciptakan kpribadian anak sungguh sangat banyak sekali, terutama di akhir-akhir ini. Media internet, telepon seluler dan televisi bukan barang yang mewah dan istimewa lagi. Ia merupakan media permainan bagi remaja yang masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Telepon seluler atau Hp misalnya, tak ubahnya sebuah barang yang sama sekali tidak boleh tertinggal dari setiap mereka melangkah dan bergerak. Komunikasi yang sering mereka lakukan bersama lain jenis, baik teman maupun pacarnya. Komunikasi berlanjut satu, dua, tiga secara online hingga komunikasi yang bersifat ofline. Dari perteman lain jenis yang biasa-biasa, hanya sekedar berkenalan kemudian berkembang menjadi teman yang akrab bahkan menjadi sahabat dambaan hatinya yang berujung kepada perbuatan ma’siat hanya dalam beberapa hari saja.
      Begitu pula dengan media internet yang sering menyajikan situs-situs hitam yang sangat membahayakan masa depan mereka, lebih-lebih bagi mereka yang sangat lemah pengetahuan agamanya. Dan tak kalah pentingnya dalam memberikan dampak negatif kepada mereka adalah media televisi dengan tayangan-tayangan programnya yang sering menggairahkan penontonnya dan tidak jarang menampilkan tayangan-tayangan yang sungguh merugikan masa depan anak-anak. Kehidupan mereka semakin hari semakin nampak perubahannya. Yang asalnya tidak tahu, kemudian menjadi tahu dan bahkan cenderung merelisasikannya dalam bentuk nyata. Ini yang dimaksud dengan problematika orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
      Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mengantisipasi dampak-dampak negatif tersebut kepada anak-anak, sementara melubernya alat-alat elektronik ke rumah-rumah mereka adalah dianggap lumrah dan biasa-biasa saja ?. Sungguh sangatlah naif, apabila kedua orang tua membiarkan anak-anaknya bermain barang elektronik tanpa kontrol dan pengawasan serta perhatian yang sungguh-sungguh..
      Untuk mengatasi atau solusi terhadap problematika dan tantangan kedua orang tua dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan anak dan untuk melahirkan anak yang shalih di era kemajuan informasi dan telekomunikasi ( IT ) akahir-akhir ini adalah hendaknya diadakan pembelajaran tentang keagamaan (Tauhid, Fiqh, Akhlak dan lain sebagainya) secara intensif dan terjadwal. Bila kedua orang tuanya tidak mempunyai kemampuan mendidik anak-anaknya secara langsung, maka dapat diwakilkan kepada orang lain yang mengenal minimal ketiga materi tersebut di atas. Selain itu, Orang tua harus senantiasa memberikan contoh yang baik (uswah hasanah) dan menampilkan sikap-sikap yang tak bertolak belakang antar ucapan dan perbuatannya. Insya Allah dengan teknik pendidikan langsung seperti ini, dampak negatif akibat adanya informasi dan komunikasi yang semakin pesat perkembangannya akhir-akhir ini, baik dalam bentuk online maupun ofline akan teratasi dengan baik, walaupun tentunya sulit untuk mencapai puncak kesempurnaan.

E.  Kesimpulan
      Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, sebagai berikut :
  1. Proses terciptanya manusia tetunya berlangsung secara bertahap, hingga sampai batas usia remaja awal antara 12 -15 tahun. Pada masa ini pubertas anak-anak semakin meningkat bahkan sering lupa daratan, sehingga mereka banyak yang terjerumus ke lembah kehinaan.
  2. Melubernya media elektronik ke rumah-rumah sering merepotkan kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya pengaruh negatif dari kemajuan Informasi dan Teknologi ( IT ) tersebut, maka kedua orang tua harus selalu aktif dan intensif mengajarkan dan mendidik anak-anaknya. Hanya dengan upaya pembelajaran agama dan akhlakul Karimah yang intensif, uswah hasanah dari kedua orang tuanya dan kontrol terhadap tingkah laku anak-anaknya akan menjadi solusi terbaik dalam mengatasi tantangan kedua orang tua menghadapi kemajuan informasi dan telekomunikasi yang sering di salah gunakan oleh mereka. sedangkan materi pembelajaran dalam kelas hanya menjadi pelengkap dari pendidikan orang tua di rumah. Karena pada hakikatnya, pendidikan orang tua-lah yang menjadi pembentuk karakter jiwa anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan kirim komentar dan reaksi anda, akan menjadi masukan berharga buat saya !